Ketika Pasar ‘Wit-Witan’ Berubah ‘Wingit’


ANYEP : Pasar Wit-Witan di Desa Alasmalang, Banyuwangi, Jawa Timur, yang dulu dijadikan destinasi wisata kuliner itu, kini berwajah murung dan merana karena virus Corona. [ image : rou enhaer ]
DIPLOMASINEWS.NET_ALASMALANG_BANYUWANGI_Masih ingat Pasar Wit-Witan di Desa Alasmalang, Singojuruh, Banyuwangi, itu? Pasar ‘kaget’ yang menggelar keramaiannya setiap Minggu pagi, itu, kini keberadaannya menjadi nyenyet, sepi, mamring, dan terkesan wingit.

Pasar tradisional yang menyajikan jajanan khas ‘ndeso’, dengan desain lapak – lapak terbuat serba bambu beratap welit, tersebut, terlihat kontras dan berbalik tiga ratus delapan puluh derajat. Tanpa hiruk – pikuk pengunjung, tanpa pedagang lapak yang menawarkan jajanan dan bahkan tanpa ruh, sepi, dan mati.

Kondisi itu ternyata side effect atau dampak langsung dari wabah virus Corona yang menggonjang-ganjingkan sendi-sendi kehidupan dan aktifitas keseharian masyarakat dalam bernafkah.

'KALAH' MELAWAN CORONA : Pedagang lapak di Pasar Wit – Witan itu omzetnya meluncur turun drastis gegara COVID-19. [ image : roy enhaer ]
Sementara itu, salah satu pemilik lapak ‘sego pecel’ yang ditemui DIPLOMASINEWS.NET, mengatakan bahwa gegara pandemic virus Corona yang menggilas negeri ini, ternyata berdampak langsung terhadap usaha lapaknya yang berada di Pasar Wit-Witan, tersebut.

Bener-bener sepi sekarang. Saat pasar rame dulu, saya bisa mengantongi uang minimal satu juta setiap minggunya. Sekarang boro-boro sejuta, seratus ribu rupiah saja sangat abot,” keluh pemilik lapak nasi pecel yang enggan di –online-kan itu ketika ditemui DIPLOMASINEWS.NET, Minggu, 29 Maret 2020, pagi.

Keluhnya lagi, padahal usahanya di pasar tersebut selama ini bisa untuk menunjang hidup bersama keluarganya. Lanjutnya, hasil dari jual jajanan dan nasi pecelnya itu bisa untuk mbayar listrik, nyekolahkan anak-anaknya, arisan, dan kebutuhan-kebutuhan lainnya.

Nggak tahu lah. Entah kapan pasar ini bisa dibuka dan rame seperti dulu, itu. Gara-gara Corona, semua jadi merana,” ucapnya pasrah. 

NOTHING TO LOSE : Meski pandemic virus Corona menggilas hidupnya, sosok ‘Pak Tua’ itu tetap saja merajut gending-gending Banyuwangian bersama angklung pentatoniknya dan merasa tak kehilangan apa pun. [ image : roy enhaer ]
Di sudut yang lain, meski deretan lapak di Pasar Wit-Witan, itu, terlihat sepi, anyep, dan wingit, tetapi, ada sosok ‘Pak Tua’ yang berupaya untuk membunuh rasa sepi itu. Sosok renta itu terasa tak hirau dengan pandemic virus Corona yang menggegerkan seluruh jagat, ini.

‘Pak Tua’ itu memilik cara sendiri ketika menyikapi gonjang-ganjing wabah COVID-19, itu. Dengan sikap sederhananya, ia justru menabuh angklung khas Banyuwangi. Dan, irama pentatonic yang menggaung dari angklung bambu yang ditabuhnya itu terdengar syahdu hingga merayap dan meresap di seluruh nadi-nadi darah pendengarnya.

“Ah, kelendi maning. Wong arane Corona iku hing katon,” ucap ‘Pak Tua’ dengan dialek Osing -nya, sembari kedua tangannya menabuh angklung. Maksudnya, lantas mau berbuat apa lagi, wong namanya Corona itu tidak bisa terlihat mata.
   
Onliner    : roy enhaer
Publisher : oma prilly

Related

Cover Story 9079809298663939876

Follow Us

Postingan Populer

Connect Us

DIPLOMASINEWS.NET
Alamat Redaksi : Perumahan Puri Jasmine No. 07, Jajag, Gambiran, Banyuwangi, Jawa Timur
E-mail : redaksi.diplomasi@gmail.com
item