Kartini ‘Mbrebes Mili’
KARTINI, engkau telah sibak mendung kelam perempuan. Engkau kuak jendela dan pintu yang menutup kebodohan, keterpinggiran dan ketertinggalan perempuan. Engkau bawa dan sulutkan suluh pada jiwa-jiwa perempuan agar benderang untuk meniti jalan.
Kartini, engkau dobrak tembok tebal dan dinding beton yang mendindingi
keterbelakangan perempuan. Engkau babat sekat-sekat yang menjerat kaki-kaki
perempuan dan rantai besi kebodohan itu telah engkau merdekakan.
Kartini, engkau bentangkan benang emansipasi demi menyejajarkan
hakikinya dengan yang bukan perempuan. Berdiri sama tinggi dan merebah pun sama
rendah. Hingga berabad engkau wafat, aroma emansipasimu tetap semerbak wangi.
Kartini, bangunlah sejenak. Hanya sejenak saja dari dalam
pusaramu. Lihatlah! Kini, para perempuan di negerimu ini telah salah memaknai
tentang emansipasi.
Kebersahajaan kebayamu telah mereka gantikan dengan ‘anggunnya’
rok mini. Indahnya mahkota sanggulmu telah mereka gantikan dengan rambut
terurai warna-warni. Emansipasi telah mereka halau dan hardik hingga menjadi
tak ada ruh maknawi.
Kartini, rebahkan tubuhmu dengan tenang dan berbaringlah abadi.
Hentikan isak tangismu. Jangan pernah lagi mbrebes
mili. Jangan lagi ada air mata deras
terurai.
Dirgahayu, Hari Kartini!
©roy enhaer
Bedadung, Jember, 21 April 2021