Ketika SMP Negeri 1 Tegalsari 'Dicurigai', Ketua Komite Ahmad Yusak : Tanpa Dipaksa, Hanya Sukarela
http://www.diplomasinews.net/2023/10/ketika-smp-negeri-1-tegalsari-dicurigai.html
SUKARELA : Ucap Ketua Komite Sekolah, Ahmad Yusak bahwa yang ada hanya sukarela. Tak ada paksa. [ image : roy ] |
DIPLOMASINEWS.NET - Tegalsari - Banyuwangi - Siang itu, Selasa, 03 September 2023, media online ini telah menelisik serta mengivestigasi tentang ada tidaknya fakta yang telah diunggah salah satu media online terkait berita fantastis yang titik apinya berada di SMP Negeri 1 Tegalsari, Kecamatan Tegalsari, Banyuwangi, Jawa Timur.
Berdasar berita kasak - kasuk yang menggelinding liar di ruang publik bahwa SMP Negeri 1 Tegalsari tersebut kini diduga telah melakukan aksi pungutan berdalih sumbangan kepada para siswa. Sedangkan hasil sumbangan tersebut 'dicurigai' hingga mencapai lebih dari Rp. 500 juta.
Tak puas hanya dengar berita selentingan tersebut, akhirnya media online ini menyisir sejumlah nara sumber yang kompeten untuk digali dan dibeber datanya, dikuak faktanya serta dirasakan logikanya agar publik bisa mendapatkan berita yang valid, transparan dan berimbang atas dugaan pungutan berdalih sumbangan terhadap para siswanya di lembaga persekolahan tersebut.
Akhirnya, salah satu nara sumber yang bersedia dicecar pertanyaan terkait pungutan tersebut adalah Ketua Komite SMP Negeri 1 Tegalsari, yakni Ahmad Yusak.
Pengakuan Yusak bahwa kabar soal pungutan terhadap para siswa di SMP Negeri 1 Tegalsari itu memang benar adanya. Tetapi jumlah nominalnya tidak sefantastis yang diberitakan media hingga ratusan juta rupiah itu.
Lanjut Yusak bahwa sesungguhnya sumbangan itu bersifat suka rela terhadap siswa. Tanpa dibandrol dan dipatok dengan harga tertentu. Tanpa ada tekanan dan tidak bersifat wajib. Bahkan sumbangan tersebut sangat lentur alias bisa ditawar nilainya jika ada siswa yang hanya mampu menyumbang semampunya.
"Tak hanya itu. Bagi siswa yang bener - bener tidak mampu menyumbang, kami akan membebaskannya alias free," ucap ketua komite itu tegas.
Ketika dicecar lagi soal kemana sesungguhnya hasil sumbangan itu mengalir dan dialokasikan untuk apa? Pihaknya dengan lugas menjawab bahwa salah satu yang paling urgen bahwa sumbangan tersebut dialokasikan sebagai upah kepada pihak guru tidak tetap [ GTT ] yang selama ini 'mati dan hidup' mereka sangat tergantung dari upaya - upaya seperti itu. Pasalnya, lanjut Yusak bahwa guru tidak tetap adalah guru yang diangkat oleh penyelenggara pendidikan berdasarkan kebutuhan pada satuan pendidikan atau sekolah dengan disetujui kepala sekolah.
Lebih jauh Yusak mengatakan bahwa apa yang dikabarkan terkait sumbangan bernominal ratusan juta rupiah di sekolah tersebut tidak benar dan sama sekali tidak berdasar atas data, fakta dan apalagi logika.
"Sukarela memang iya. Kalau ratusan juta tidak pernah ada," tegas Yusak menyudahi.
Onliners : Roy/Yad/Hen/Jef/Yog
Editor : Roy Enhaer
Publisher : Oma Prilly