Ketika Tradisi 'Ruwatan' Digelar di Desa Kesilir, Banyuwangi, Dalang Ruwat Ki Samur : 'Sendhang Kapit Pancuran' Harus Dibebaskan

ENERGI NEGATIF : Dalang ruwat Ki Samur ketika 'in action' di Desa Kesilir, Kecamatan Siliragung, Banyuwangi, Jawa Timur. [ image : roy ]

Diplomasinews.net
- Kesilir - Banyuwangi - Pagi itu, 08.00 WIB, Jumat Legi, 18 Juli 2025, di pendapa Desa Kesilir, Kecamatan Bangorejo, Banyuwangi itu telah menggelar tradisi ruwatan dalam rangkaian Bersih Desa di desa tersebut.

Sekadar catatan kaki, bahwa dalam istiadat Jawa, tradisi ruwatan adalah sebuah upacara tradisional yang tujuan dasarnya untuk 'membebaskan' seseorang atau bisa juga men - steril - kan tempat dari petaka atau kesialan. Tak hanya itu, tradisi ruwatan juga sebuah permohonan keselamatan. Ruwatan juga dipercaya dapat melepaskan seseorang dari pengaruh buruk, seperti nasib buruk, penyakit atau gangguan lainnya.

Dan, secara ritual ruwatan itu acapkali dikaitkan dengan cerita pewayangan dengan lakon khusus yakni Murwakala yang di dalamnya terdapat uba rampen sesaji dan mempergelarkan seni tradisi wayang kulit.

Sementara itu, sosok dalang ruwat Ki Samur, ketika dicegat usai melakonkan ruwatan acara bersih desa di Desa Kesilir itu menuturkan bahwa tidak angger atau setiap dalang bisa menggelarlakonkan ritual ruwatan.

Pasalnya, tutur Ki Samur bahwa ada prasyarat tertentu jika sang dalang diperbolehkan melakonkan gelaran ruwatan. Salah satu syaratnya adalah ia harus sudah memiliki cucu serta mengantongi jam terbang yang cukup.

"Dalang ruwat itu minimal sudah punya mantu," tuturnya.

Ketika ditanya siapa saja yang wajib diruwat? Tuturnya, dalam budaya Jawa, yang harus diruwat adalah sukerta. Yakni anak yang dianggap memiliki nasib kurang baik atau berpotensi membawa kesialan. Dan, tradisi ruwatan itu bertujuan untuk membersihkan energi negatif dan melepaskan anak dari  ke - sukerta - annya.

Masih tutur Ki Samur, bahwa anak sukerta yang perlu diruwat adalah ontang-anting yaitu anak tunggal lelaki atau  perempuan. Kembang sepasang yaitu dua anak perempuan. Uger-uger lawang yaitu dua anak lelaki. Sendhang kapit pancuran yaitu anak perempuan diapit dua anak lelaki. 

Masih tutur Ki Samur, bahwa ketika ada peristiwa orang nyelumbat atau mengupas kelapa tetapi selumbat [ batangan yang ujungnya runcing ] tersebut tidak dicabut, itu juga perlu diruwat. Kemudian ada orang membelah batang bambu tetapi sisa-sisa kulitnya yang tajam itu tidak dibersihkan.

"Tradisi ruwatan itu intinya agar anak - anak sukerta bisa terhindar dari kesialan dan diganti dengan kehidupan yang lebih baik," pungkas Ki Samur.

Onliners : Roy/Gus
Editor : Roy EnhaEr
Publisher : Oma Prilly

Related

Cover Story 4433786043000102454

Follow Us

Postingan Populer

Connect Us

DIPLOMASINEWS.NET
Alamat Redaksi : Perumahan Puri Jasmine No. 07, Jajag, Gambiran, Banyuwangi, Jawa Timur
E-mail : redaksi.diplomasi@gmail.com
item