Di Tanah Banyuwangi, Suku Bugis ‘Lestarikan’ Tradisi
http://www.diplomasinews.net/2019/11/di-tanah-banyuwangi-suku-bugis.html
SETAJAM PARANG : Nurmansyah, ketika melakoni
prosesi adat Saulak yang menyabet kelapa muda hingga terbelah dalam sekali ayun.
[ image : ony yuvalvan ]
|
DIPLOMASINEWS.NET_BANYUWANGI_Suku Bugis sangat
mempertahankan prestise atau harga
diri. Dan, juga dikenal sangat setia menjaga kultur atau budayanya. Salah satu
kesetiaan suku Bugis menjaga dan ‘nguri-uri’ adat istiadatnya adalah dengan
menggelar ritual adat Saulak.
Tepat pukul 14.00 WIB, Kamis, 7 November 2019,
di kediaman Nurmansyah, warga Banyuwangi, asal suku Mandar Bugis, tengah
menggelar prosesi adat Saulak. Tradisi
tersebut biasanya diadakan dalam tiga peristiwa penting dalam hidup suku Mandar
Bugis. Pertama, ketika pada momentum tujuh bulanan masa kehamilan seorang
istri. Yang kedua ketika bocah lelaki dikhitan, dan yang terakhir adalah saat
pernikahan.
“Tradisi Saulak
itu hanya semacam kearifan local saja.
Sama sekali tak ada konteksnya dengan religi. Hingga kini, kami masih tetap
menjaga dan melestarikan istiadat suku kami [ Mandar Bugis ],” terang Ipda
Nurmansyah, yang juga Kanit Reskrim Polsekta Banyuwangi, itu, ketika ditemui
DIPLOMASINEWS.NET, usai prosesi Saulak,
Kamis, 07 November 2019.
Terangnya lagi, di balik hikmah dan kandungan filosofi
yang bisa dipetik atas adat Saulak
itu adalah berharap keselamatan kepada Allah SWT, atas istrinya, Maria Ima
Kulata Nafiri Minora, yang kini tengah memasuki bulan ketujuh usia kandungannya.
Sementara itu, jalannya prosesi adat suku Mandar
Bugis bernama Saulak, tersebut,
diawali dengan berbaringnya seorang perempuan berbusana adat Bugis yang tengah
hamil tujuh bulan di atas lantai, yakni, Maria Ima Kulata Nafiri Minora, istri
Nurmansyah. Kemudian, tepat di atas kepalanya ternaungi sepucuk payung yang
telah terbuka.
ENYAHKAN YANG JAHAT : Maria Ima Kulata Nafiri
Minora, saat prosesi adat Saulak dengan olesan beras kuning di dahinya. [ image
: ony yuvalvan ]
|
Prosesi Saulakmasih berlanjut. Yaitu, salah satu kerabatnya itu mengangkat sebuah nampan yang
di atasnya terdapat ‘takir’ berisi kembang. Kemudian secara berangkai nampan
tersebut diulurkan kepada kerabat yang berkerumun itu dan akhirnya sebuah
nampan tersebut berputar dari tangan ke tangan dan kembali ke tempat semula dan berkeliling sebanyak tiga
kali putaran. Kemudian terdapat mangkok
besar berisi beras yang di atasnya tertancap sejumlah batang kayu kecil – kecil
yang ujungnya menyala api.
Kini, prosesi adat Saulak berlanjut dengan memindahkan kain yang berada di bawah tubuh perempuan hamil yang masih berbaring di lantai itu, Maria Ima Kulata Nafiri Minora, yang dilakoni oleh suaminya sendiri, Nurmansyah, dengan memegang kedua ujung kain untuk ditarik ke arah bawah hingga melewati bagian kedua kakinya.
Kini, prosesi adat Saulak berlanjut dengan memindahkan kain yang berada di bawah tubuh perempuan hamil yang masih berbaring di lantai itu, Maria Ima Kulata Nafiri Minora, yang dilakoni oleh suaminya sendiri, Nurmansyah, dengan memegang kedua ujung kain untuk ditarik ke arah bawah hingga melewati bagian kedua kakinya.
TUJUH BULAN : Maria Ima Kulata Nafiri Minora,
ketika usia kandungannya memasuki bulan ke tujuh berbaring di lantai dalam rangkaian
prosesi tradisi Saulak [ image : ony yuvalvan ]
|
Dan, akhir dari tradisi Saulak itu ditandai
dengan prosesi siraman bagi yang baru saja menjalaninya. Kemudian, prosesi
injak telur sembari meminum air kelapa yang telah disaiapkan sebelumnya. Yang paling
unik dari tradisi Saulak itu adalah
ketika Maria Ima Kulata Nafiri Minora
melemparkan ‘degan’ atau kelapa muda ke arah Nurmansyah, suaminya. Dengan gerakan
sigap, parang yang tengah digenggam suaminya itu berkelebat dan menyabet ke arah
datangnya kelapa muda tersebut.
Kalimat pungkasnya, bahwa nampan yang berisi kembang,
tersebut akhirnya dilakukan prosesi ‘larung laut’. Hanya mangkok yang berisi
beras itu yang tidak ikut dilarung ke laut.
“Makna dari pelarungan itu adalah simbolisasi
persembahan kepada nenek moyang. Dan, makna dari olesan beras kuning itu agar
tidak ada unsur jahat yang ikut masuk,” pungkas Nurmansyah, personal polisi
yang kini aktif di Mapolsekta Banyuwangi, itu, ketika memungkasi wawancaranya
bersama DIPLOMASINEWS.NET, usai prosesi Saulak
di kediamannya, Kamis, 07 November 2019.
Onliner :
oma prilly/ony yuvalvan
Editor : roy enhaer