Marhaban ya Ramadan, ‘Minggatlah’ Virus dari Wuhan
http://www.diplomasinews.net/2020/04/marhaban-ya-ramadan-minggatlah-virus.html
©roy enhaer |
TINGGAL
sejengkal waktu saja, bulan suci Ramadan menyapa kita. Bulan yang sarat berkah
dan berlimpah pengampunan itu memanggil – manggil kita agar bersegera me – londre lahir dan batin kita hingga bersih
beraroma harum semerbak sebagai makhluk ciptaan – Nya.
Bukankah
kita sejenis makhluk dungu tetapi keminter
dan sombong selama sebelas bulan yang telah kita lampaui kemarin itu? Bukankah Tuhan
telah menjanjikan bahwa bulan Ramadan itu adalah sarana ‘pencucian diri’ dan ‘turun
mesin’ agar kualitas kemanusian manusia sejenis kita ini meningkat level dan
kepasrahan total kepada – Nya?
Bukankah
makhluk ngelamak dan kementhus seperti kita ini sangat suka
membangun ‘gudang dosa’ dan menggali ‘septictank’ kemunafikan dan keculasan yang
justru setiap hari dipamer – pamerkan kepada Yang Maha Pencipta?
Kini,
datangnya Ramadan tinggal menghitung hari saja. Tetapi manusia nggeregetne di depan mata Tuhan seperti
kita ini sama sekali tak pernah menghitung di balik semua itu dan segera bersadar
diri bahwa kenapa lebih gupuh, sibuk,
dan panic terhadap pandemic Coronavirus dibanding menyambut
‘marhaban’ nya Ramadan yang tinggal dua – tiga langkah lagi, itu?
Bukankah
COVID-19 itu diklaim sebangsa virus yang hidup dan sewaktu – waktu bisa ‘tidak
menghidupi’ manusia seperti kita jika terjangkiti? Jika virus itu jenis makhluk
hidup, pasti yang bisa menciptakannya hanya Yang Maha Berkehendak dan sekaligus
Yang Maha Hidup.
Dan,
pengetahuan kita tidak pernah mengetahui bahwa kenapa wabah virus Coronavirus itu masih ‘dikehendaki’
hidup di negeri ini hingga menjelang Ramadan oleh Yang Maha Hidup?
Adakah
manusia yang paling ahli di bidang apa pun ndisiki
kerso atau memprediksi ketentuan Tuhan atas kapan reda dan kemudian minggat - nya virus Corona dari negeri ini?
Kemudian,
sudah sejauh mana dan seserius apakah para pejabat yang suka kemelinthi itu diamanati mengelola Negara
di negeri ini agar jutaan rakyat terjaga keselamatan dan kesehatannya ketika
setiap detik dan detak jantungnya selalu diteror oleh Coronavirus, itu?
Ataukah
jangan – jangan di tengah hororisme
virus Corona yang menakutkan di
negeri ini justru para pejabatnya berlaku nakal
dengan tidak menggelontorkan dana emergency
buat rakyat yang terimbas COVID-19, itu. Bukankah teramat banyak kelompok masyarakat
terimbas virus Corona mengeluh dan harus
bertanya kepada siapa atas gelontoran dana yang seharusnya diperuntukkan kepada
yang berhak menerima?
Bukankah
selama ini aksi yang terjadi untuk memutus sebaran Coronavirus tersebut dilakukan mandiri oleh masyarakat sendiri
dengan membeli ‘bayclean’ pake duit
mereka sendiri?
Jika
‘suara – suara’ sumbang atas dana Coronavirus
yang kini masih terparkir di tangan ‘juru parkir’ para pejabat itu untuk segera
dikucurkan kepada yang berhak menerima kucuran. Dan, jika tidak terealisasi, yang
mesti kita suruh minggat saat bulan Ramadan
ini bukan hanya virus dari Wuhan itu,
tetapi juga para pejabat yang enggan menggelontorkan dana darurat atas imbas
COVID-19, itu.
Akhirnya,
dengan berbarengannya datangnya bulan suci Ramadan ini, kita hanya bisa memohon
dengan hati ikhlas seikhlas – ikhlasnya dan merunduk sujud serendah – rendahnya
kepada Yang Maha Hidup, agar bencana COVID-19, cepat berakhir.
Dan,
kita mohon bersama – sama dengan setulus – tulusnya agar Yang Maha Berkehendak,
secepat mungkin menghendaki pandemic Coronavirus
itu, hilang dan enyah sama sekali dari negeri ini.
Marhaban ya Ramadan.
©roy
enhaer
Banyuwangi,
Rabu, 22 April 2020.