Marhaban ya Ramadan, ‘Minggatlah’ Virus dari Wuhan


©roy enhaer
TINGGAL sejengkal waktu saja, bulan suci Ramadan menyapa kita. Bulan yang sarat berkah dan berlimpah pengampunan itu memanggil – manggil kita agar bersegera me – londre lahir dan batin kita hingga bersih beraroma harum semerbak sebagai makhluk ciptaan – Nya.

Bukankah kita sejenis makhluk dungu tetapi keminter dan sombong selama sebelas bulan yang telah kita lampaui kemarin itu? Bukankah Tuhan telah menjanjikan bahwa bulan Ramadan itu adalah sarana ‘pencucian diri’ dan ‘turun mesin’ agar kualitas kemanusian manusia sejenis kita ini meningkat level dan kepasrahan total kepada – Nya?

Bukankah makhluk ngelamak dan kementhus seperti kita ini sangat suka membangun ‘gudang dosa’ dan menggali ‘septictank’ kemunafikan dan keculasan yang justru setiap hari dipamer – pamerkan kepada Yang Maha Pencipta?

Kini, datangnya Ramadan tinggal menghitung hari saja. Tetapi manusia nggeregetne di depan mata Tuhan seperti kita ini sama sekali tak pernah menghitung di balik semua itu dan segera bersadar diri bahwa kenapa lebih gupuh, sibuk, dan panic terhadap pandemic Coronavirus dibanding menyambut ‘marhaban’ nya Ramadan yang tinggal dua – tiga langkah lagi, itu?

Bukankah COVID-19 itu diklaim sebangsa virus yang hidup dan sewaktu – waktu bisa ‘tidak menghidupi’ manusia seperti kita jika terjangkiti? Jika virus itu jenis makhluk hidup, pasti yang bisa menciptakannya hanya Yang Maha Berkehendak dan sekaligus Yang Maha Hidup.

Dan, pengetahuan kita tidak pernah mengetahui bahwa kenapa wabah virus Coronavirus itu masih ‘dikehendaki’ hidup di negeri ini hingga menjelang Ramadan oleh Yang Maha Hidup?

Adakah manusia yang paling ahli di bidang apa pun ndisiki kerso atau memprediksi ketentuan Tuhan atas kapan reda dan kemudian minggat - nya virus Corona dari negeri ini?

Kemudian, sudah sejauh mana dan seserius apakah para pejabat yang suka kemelinthi itu diamanati mengelola Negara di negeri ini agar jutaan rakyat terjaga keselamatan dan kesehatannya ketika setiap detik dan detak jantungnya selalu diteror oleh Coronavirus, itu?

Ataukah jangan – jangan di tengah hororisme virus Corona yang menakutkan di negeri ini justru para pejabatnya berlaku nakal dengan tidak menggelontorkan dana emergency buat rakyat yang terimbas COVID-19, itu. Bukankah teramat banyak kelompok masyarakat terimbas virus Corona mengeluh dan harus bertanya kepada siapa atas gelontoran dana yang seharusnya diperuntukkan kepada yang berhak menerima?

Bukankah selama ini aksi yang terjadi untuk memutus sebaran Coronavirus tersebut dilakukan mandiri oleh masyarakat sendiri dengan membeli ‘bayclean’ pake duit mereka sendiri?  

Jika ‘suara – suara’ sumbang atas dana Coronavirus yang kini masih terparkir di tangan ‘juru parkir’ para pejabat itu untuk segera dikucurkan kepada yang berhak menerima kucuran. Dan, jika tidak terealisasi, yang mesti kita suruh minggat saat bulan Ramadan ini bukan hanya virus dari Wuhan itu, tetapi juga para pejabat yang enggan menggelontorkan dana darurat atas imbas COVID-19, itu.

Akhirnya, dengan berbarengannya datangnya bulan suci Ramadan ini, kita hanya bisa memohon dengan hati ikhlas seikhlas – ikhlasnya dan merunduk sujud serendah – rendahnya kepada Yang Maha Hidup, agar bencana COVID-19, cepat berakhir.

Dan, kita mohon bersama – sama dengan setulus – tulusnya agar Yang Maha Berkehendak, secepat mungkin menghendaki pandemic Coronavirus itu, hilang dan enyah sama sekali dari negeri ini.     

Marhaban ya Ramadan.

©roy enhaer
Banyuwangi, Rabu, 22 April 2020.

Related

Cover Story 6466697851768377796

Follow Us

Postingan Populer

Connect Us

DIPLOMASINEWS.NET
Alamat Redaksi : Perumahan Puri Jasmine No. 07, Jajag, Gambiran, Banyuwangi, Jawa Timur
E-mail : redaksi.diplomasi@gmail.com
item