Ada yang ‘Tak Bingung’ Meski Wabah ‘Ngerubung’ Blokagung
http://www.diplomasinews.net/2020/09/ada-yang-tak-bingung-meski-wabah.html
PANGKLANG CORONA : Jalan utama menuju pondok pesantren Darussalam Blokagung, Banyuwangi, Jawa Timur, itu, kini ‘dipangklang’ bambu. [image : roy enhaer/diplomasinews.net ] |
DIPLOMASINEWS.NET_BLOKAGUNG_BANYUWANGI_Pondok
Pesantren Darussalam, Blokagung, Desa
Karangdoro, Kecamatan Tegalsari, Banyuwangi, Jawa Timur, tengah dirundung
bencana alam. ‘Bencana’ tersebut adalah wabah COVID-19, yang telah ‘ngerubung’
ribuan santriwan dan santriwatinya. Dan, dari ribuan itu, kini ratusan satrinya
tengah diisolasi karena diduga terpapar penyakit misteruis berasal dari Wuhan, Cina itu.
Dan,
ratusan santrinya itu kini juga tengah dikarantina total, dijaga super ketat oleh tim medis,
dan ratusan aparat. Dan, bahkan akses jalan utama menuju area ponpes Darussalam Blokagung itu pun dipangklang atau
dibarikade lonjoran bambu agar lalu
lalang keluar – masuk dari dan ke ponpes tidak terjadi interaksi antar warga. Juga
demi memutus sebaran wabah Coronavirus
itu tidak meluas.
DIPLOMASINEWS.NET
memotret sisi lain dari COVID-19 di ponpes
Blokagung, yakni barikade bambu yang melintang menuju jalan ponpes tersebut. Dan,
di salah satu pojoknya ada warung penjaja gorengan
yang ‘gelisah’ soal penutupan total akses jalan keluar – masuk menuju ponpes itu.
GORENGAN ‘LOCKDOWN’ : Ketika onliner DIPLOMASINEWS.NET mewawancarai pemilik lapak penjaja gorengan yang terimbas ‘pangklang’ bambu. [ image : roy enhaer/diplomasinews.net ] |
Penjaja
gorengan itu adalah Juwariyah, 45
tahun, warga Desa Barurejo, Kecamatan Siliragung, Banyuwangi, yang sejak jauh sebelum
gonjang – ganjing COVID-19 di ponpes Darussalam
Blokagung, itu sudah membuka lapak gorengannya.
“Saya
paham kalau penyakit [ COVID-19 ] itu berbahaya, tetapi nasib gorengan saya juga ikut berbahaya jika jalan
itu ditutup blek,” ungkap Juwariyah
ketika ditemui di lapaknya sembari menggoreng gedang goreng, Rabu, 02
September 2020, sore.
Ungkapnya,
penghasilan saya langsung merugi karena para pembeli harus mubeng, berjalan melingkar melewati hutan jika ingin menikmati
gorengan.
Ungkap
penjaja gorengan itu, sesungguhnya warga
desa di luar area ponpes yang kini
di karantina total itu aman – aman saja
dan kegiatan sehari – hari dalam bernafkah juga tidak terusik atas terpaparnya
ratusan santri oleh COVID-19, itu. Tak ada yang bingung.
“Saya
wong kecil, kok. Nggak tahu apa itu karantina, apa itu lockdown, dan apa itu COVID-19. Yang penting
jalan yang menuju ke gorengan saya
segera dibuka,” harap Juwariyah mengakhiri ungkapannya, Rabu, 02 September
2020, sore.
Onliner
: roy enhaer
Publisher
: oma prilly
Source
: diplomasinews.net