Di Desa Tamanagung : 'Gonjang - Ganjing' Bongkar Jenazah Berakhir Dikubur di Dalam Rumah
http://www.diplomasinews.net/2023/08/di-desa-tamanagung-gonjang-ganjing_18.html
DI SINI DI KAMAR INI : Tempat persemayaman terakhir Sang Kiai dan Bu Nyai. [ image : roy ] |
DIPLOMASINEWS.NET - Tamanagung - Banyuwangi -
Peristiwa penolakan warga atas jenazah dikubur di area masjid yang terjadi pada enam bulan lalu itu berbuntut panjang. Gonjang - ganjing serta pro - kontra yang muncul di masyarakat sekitar itu kini berulang lagi peristiwanya.
Peristiwa yang memicu ketegangan antara warga versus pihak keluarga duka itu terjadi di kawasan Kampung Ciut, di Dusun Sumberwaru, Desa Tamanagung, Kecamatan Cluring, Banyuwangi, Jawa Timur. Kenapa kini, Rabu, 16 Agustus 2023, peristiwa serupa kembali menghangat hingga melibatkan bahkan ngrepoti banyak pihak?
Catatan flashback alias kilas balik yang dihimpun media online ini di lapangan bahwa ketika Hj. Siti Ruqoyah wafat sekira enam bulan silam, jenazah almarhumah tidak dikebumikan di tempat pemakaman umum [ TPU ] setempat tetapi dikuburkan di area masjid. Tepatnya di pojok samping kanan pengimaman yang mepet wangkit atau berhimpitan dengan kediaman almarhumah.
DOA UNTUK SANG KIAI : Sejumlah pihak ikhlas melepas kepulangan sang Kiai. [ image : roy ] |
Berawal dari peristiwa itulah, pada enam bulan lalu sejumlah warga di lingkungan tersebut 'menolak' atas prosesi pemakaman almarhumah Hj. Siti Ruqoyah dimakamkan di dalam area masjid. Pasalnya, hal itu sebagai tradisi lazim ketika ada warga meninggal dunia selalu dimakamkan di pekuburan umum. Bahkan ketika itu warga telah ngeduk tanah kuburan hingga rampung kemudian tinggal menunggu jenazah untuk dikebumikan.
Ternyata sejumlah warga dibuat kelejingan. Pasalnya, jenazah almarhumah yang ditunggu serta liang lahatnya telah dipersiapkan untuk tempat peristirahatan terakhirnya itu gagal digunakan.
Akhirnya, sejumlah warga pun reaktif kemudian menolak atas area masjid dijadikan tempat pemakaman. Tetapi aksi penolakan warga itu sama sekali tak digubris oleh pihak almarhumah. Pemakaman pun tetap dilakukan di area masjid bahkan lubang lahat itu dikeduk sendiri oleh pihak keluarga almarhumah.
ISLAH : Camat Cluring Henry Suratno berucap bahwa semua silang sengkarut selama ini telah berakhir islah. [ image : roy ] |
Dan, peristiwa ngubur jenazah di area masjid itu akhirnya menjadi persoalan yang berlarut - larut tanpa ujung dan solusi hingga menghabiskan waktu bermediasi, musyawarah, saling 'beking' penasehat hukum bahkan mengundanghadirkan sekaligus 'merepotkan' pihak majelis ulama Indonesia [ MUI ], pemerintah desa, koramil, polsek, polresta Banyuwangi, kemenag, kesbangpol, badan wakaf Indonesia serta para tokoh agama dan masyarakat.
Meski banyak pihak yang berusaha menetralisasi tetapi ihwal sebujur bangkai yang disemayamkan di area masjid tersebut tetap deadlock, berjalan alot, tanpa hasil, tanpa solusi dan tanpa titik temu. Aksi penolakan sejumlah warga pun berlanjut tapi dibalas dengan aksi ngeyel pihak keluarga almarhumah.
Masih catatan media online ini, ndilalah atas kuasa Allah SWT, suami dari almarhumah Hj. Siti Ruqoyah yakni KH. Mukhtar Jaelani, tepat Selasa, 15 Agustus 2023 malam telah dipundhut Yang Maha Kuasa.
Ternyata, atas berpulangnya atau wafatnya KH. Mukhtar Jaelani tersebut persis seperti ketika meninggalnya Hj. Siti Ruqoyah pada enam bulan silam.
Intinya, wafatnya 'Pak Kiai' kali ini juga telah direncanakan dimakamkan di samping pengimaman masjid berdampingan dengan almarhumah istrinya. Bahkan, pagi itu pihak keluarga telah mulai pacul - pacul menggali liang lahat untuk makam almarhum sang Kiai.
Demi medengar itu, sontak sejumlah warga berteriak menolaknya dan bersitegang dengan pihak keluarga almarhum bahkan mulai memicu aksi anarkis dengan alasan tanah wakaf masjid dilarang sebagai tempat pemakaman siapa pun.
Detik itu juga, semua pihak seperti camat Cluring, pemdes Tamanagung, polsek Cluring, polresta Banyuwangi, kesbangpol, badan wakaf, kemenag, tokoh agama serta tokoh masyarakat berinisiatif duduk bersama agar masalah aksi penolakan warga soal area masjid dijadikan tempat pemakaman itu segera clear, tidak timbulkan geger di masyarakat serta yang lebih utama adalah jenazah sang kiai yang telah berjam - jam membujur di serambi masjid itu tanpa kapan dimakamkan karena masih menyisakan silang sengkarut yang belum terselesaikan.
Masih catatan media online di lapangan bahwa musyawarah bersama membahas gonjang - ganjing soal wafatnya sang kiai itu di ruang tamu itu akhirnya menemukan solusi terbaik serta kesepakatan bersama. Tidak ada pihak yang dirugikan baik secara materi maupun perasaan.
Akhirnya, keputusan pun berhasil final dan bulat. Tapi sebelumnya bahwa ngeyel nya pihak keluarga almarhum itu berpijak atas dasar amanat almarhum sebelum meninggal agar ketika dipundhut nanti agar disemayamkan di dekat pengimaman masjid. Tapi di sisi lain, pihak warga menolak keras bahwa tanah wakaf hanya boleh digunafungsikan sebagai tempat ibadah dan pengembangannya. Tanah wakaf dilarang digunakan sebagai tempat pemakaman siapa pun.
Hal tersebut sesui aturan main atau undang - undang soal tanah wakaf yang ketika itu dipaparkan oleh pihak terkait. Dalam musyawarah tersebut akhirnya persoalan mengerucut bahwa makam almarhumah Bu Nyai dan almarhum Pak Kiai akhirnya diputuskan bersama untuk dimakamkan di dalam rumah keduanya. Tepatnya, jenazah almarhum dan almarhumah itu akhirnya disemayamkan berdampingan di dalam kamar mereka.
Sementara itu Camat Cluring, Henry Suratno ketika ditemui usai musyawarah bersama itu mengatakan bahwa geger - geger soal penolakan pemakaman kedua tokoh agama oleh sejumlah warga tersebut kini sudah menemui titik terang dan clear. Semua pihak telah dengan ikhlas menerima kenyataan apa yang terjadi di depan mata. Di depan hukum dan di depan budaya masyarakat yang hidup rukun dan penuh kedamaian.
Lanjut Camat Cluring bahwa hasil kesepakatan bersama atas dialog bersama itu secara formal harus disertai dengan catatan - catatan dalam bentuk surat pernyataan yang ditandatangani oleh pihak - pihak terkait sebagai kekuatan hukum.
"Alhamdulillah, semua menjadi clear, ikhlas dan saling hormat dan menghargai. Kini situasi telah tercipta kondusivitas," terang Camat Cluring itu.
Dan, hal senada juga diucapkan Kepala Dusun Sumberwaru, Budiharjo. Menurutnya, pihaknya sudah jengah dan merasa mblenger atas gonjang - ganjing yang terjadi di kawasan dusunya itu.
"Mosok semua tidak ada yang mengalah. Bahkan itu sudah berlangsung enam bulan yang lalu," ucap kadus Budiharjo.
Ucapnya lagi bahwa akhirnya semua pihak baik yang pro dan kontra menyadari atas apa yang selama ini mereka lakukan itu sak karepe dewe. Semua menjadi karut marut serta silang sengkarut bahkan saling mengancam antar pihak itu kini telah reda dan mendingin.
"Kini semua pihak saling bermaafan, berangkulan, penuh ketrenyuhan dan tumpah air mata. Sadar bahwa kita semua adalah hanya manusia biasa," ucap kadus Sumberwaru itu ketika di - confirm.
Di saat yang sama salah satu putra almarhum, Kiai Muhtasor ketika dijumpai usai pemakaman ayahanda dan ibundanya mengatakan bahwa ternyata semua peeistiwa itu bisa diambil hikmah dan pelajarannya.
"Kita bisa mengambil ilmu dan hikmah di balik semua itu. Yang penting kita semua sudah ishlah," ucap kiai sembari usap air matanya.
Onliner : Roy Enhaer
Editor : Roy Enhaer
Publisher : Oma Prilly