Sejenak Bersama 'Dalang Ruwat' Ki Gondo Kusno : Tak Semua Dalang Berani 'Ngruwat'
http://www.diplomasinews.net/2023/08/sejenak-bersama-dalang-ruwat-ki-gondo.html
SONGGO BUWONO : Sosok dalang sejati dan sejatine dalang Ki Gondo Kusno. [ image : roy ] |
DIPLOMASINEWS.NET - Banyuwangi - Ketika media online ini memotret acara ritual bersih desa di Desa Bulurejo, Kecamatan Purwoharjo, Banyuwangi, Jawa Timur, Sabtu, 12 Agustus 2023 lalu ada sosok lelaki sepuh berbusana khas Jawa.
Ketika terpotret lebih dekat lagi, ternyata sosok yang mengenakan beskap dan blangkon di kepala dan sebilah keris yang terselip di pinggangnya itu adalah sosok dalang songgo buwono atau dalang yang bertugas khusus untuk ritual ruwat. Makanya disebut sebagai dalang ruwat. Dan, lelaki sepuh yang masih kiyeng, penuh semangat serta enerjik itu adalah Ki Gondo Kusno, 81 tahun, warga Desa Tapanrejo, Kecamatan Muncar, Banyuwangi, Jawa Timur.
Ketika dijumpai usai melakonkan ruwatan di pendopo Desa Bulurejo itu menuturkan bahwa dalang bukan sekadar nyabet - nyabetne atau menggerakkan wayang dan catur atau bercerita dalam pertunjukan saja tetapi sang dalang dituntut atau mempersyarati dirinya dengan kemampuan memainkan seluruh karakter wayang sekaligus bisa nembang.
NYABETNE WAYANG : Ujar Ki Gondo Kusno bahwa tidak semua dalang berani melakonkan 'ruwatan'. [ image : roy ] |
"Sang dalang kudu opo - opo iso," tutur dalang kelahiran 1942 itu. Maksudnya sosok dalang itu pekerja seni yang multi talenta.
Masih tutur Ki Gondo bahwa ritual ruwat itu sebagai upaya mbuang sial yang sering dilakoni masyarakat Jawa. Contoh kesialan itu biasanya dialami oleh bocah yang gampang sakit - sakitan, anak yang jauh dari jodohnya serta situasi dan kondisi yang dianggap tidak baik.
Makanya, tutur Ki Gondo bahwa jika terjadi sesuatu yang tidak pas atau salah, solusinya harus diselenggarakan upacara ruwat dengan pertunjukan wayang kulit yang dalangnya tidak boleh asal dalang tetapi harus dalang ruwat.
"Harus dalang ruwat. Tidak boleh angger [ asal - asalan ] dalang," tegasnya.
Masih tuturnya lagi bahwa syarat dalang yang boleh melakonkan ritual ruwat itu salah satunya adalah harus memiliki trah dalang yang menitis dan terwarisi dari generasi sebelumnya.
Lebih jauh dituturkan bahwa bukan setiap dalang tidak boleh melakonkan ruwatan tetapi apakah ia sanggup menanggung segala resiko atas semua yang terjadi usai ngruwat itu.
"Intinya, yang boleh hanyalah dalang sejati dan sejatine dalang," ucapnya serius.
Ucapnya lagi, bahwa lakon yang dibawakan dalam ritual ruwat itu sudah menjadi cerita pakem yakni lakon Bethoro Kolo hingga kukut. Hingga paripurna.
Pasalnya, ucap Ki Gondo bahwa salah satu catur dalam lakon Bethoro Kolo itu terdapat tantangan - tantangan yang harus dipertanggungjawabkan oleh sang dalang. Seperti dialog tentang beras kuning, payung dan kain lawon putih.
Maksudnya jika salah memaknai catur - caturnya dalam melakonkannya, sang dalang akan mbuntel atau mati terbungkus dengan lawon putih alias kain kafan. Sang dalang akan mati disawuri beras kuning kemudian akan dipayungi layaknya orang yang berpulang.
"Disawuri atau ditebari beras kuning artinya mati," ucapnya semakin serius.
Onliner : Roy/Yad
Editor : Roy Enhaer
Publisher : Oma Prilly