Ketika Suharno ‘Nguri-Uri’ Seni Tradisi
https://www.diplomasinews.net/2018/12/ketika-suharno-nguri-uri-seni-tradisi.html
Sejenak
Bersama Suharno, SPd, Sosok Guru dan Seniman Serba Bisa
NGURI-URI
TRADISI : Ketika Suharno di tengah-tengah ‘sejuta’ penarinya. [ image : es ]
BANYUWANGI_
DIPLOMASINEWS.NET _ Hidup menetap di
pinggir hutan
pinus tidak
membuatnya pupus
untuk berkreasi meraih
prestasi. Suasana
pedesaan yang sepi, tenang nan asri mampu
membawa karirnya sebagai seniman menjadi
popular.
Darah seni yang mengalir dari kedua
orang tuanya sejak
kecil mengantarkan Suharno,SPd menjadi salah
satu seniman
papan atas di kabupaten Banyuwangi. Hal ini dibuktikan oleh guru
negeri
pengajar kesenian di SD Negeri 1 Songgon kabupaten Banyuwangi itu menjadi guru berprestasi terbaik
bidang kesenian se kabupaten Banyuwangi tahun 2018. Predikat guru berprestasi terbaik di
bidang seni
ini disandang Suharno setelah menyisihkan puluhan guru
seni yang bertarung dalam pemilihan lomba Guru Berprestasi yang diadakan oleh Dinas
Pendidikan kabupaten Banyuwangi beberapa bulan
lalu.
Setelah bersaing dengan
menunjukkan kemampuan yang dimilikinya. Suharno
mampu meraih
predikat sebagai
juara I Guru Berprestasi Bidang Seni
tingkat Kabupaten Banyuwangi. Dengan menyandang sebagai guru berprestasi terbaik di Banyuwangiini, maka pria asal
Dusun Gumuk
Candi Desa
Songgon itu
akan mewakili kabupaten Banyuwangi dalam
lomba serupa
tingkat Propinsi Jawa Timur mendatang. Seleksi pemilihan guru terbaik bidang seni
tahun 2018 kali ini terbilang sangat
ketat. Sebab
peserta selain
harus mampu
menguasai jenis
tari tradisional. Para guru
seni
itu wajib
menguasai semua
jenis alat
music tradisional maupun modern. Artinya,
untuk menjadi
juara dengan
predikat terbaik
seorang guru seni harus mampu
memainkan segala
jenis alat
musik.
DARAH
SENI : Darah seni Suharno selalu mengalir dan menginspirasi di tengah-tengah
para penari [ image : ES ]
“Wah seleksinya sangat
ketat. Sebab
kita dituntut bisa nyanyi, menari
serta memainkan alat music
tradisional
seperti semua
jenis gamelan mau pun alat music modern seperti gitar,
keyboard, orgen dan
lainnya. Pokoknya semua jenis
alat music wajib bisa.” tutur
Suharno dengan
ramah kepada DIPLOMASINEWS.NET,
pekan lalu.
Pria yang
tinggal di
pinggir hutan
pinus Gumuk
Candi, desa Songgon, Banyuwangi, itu sudah
menggeluti bidang
kesenian sejak
kecil. Suharno
lahir dari
keluarga berdarah seniman. Kedua orang tuanya yang berasal dari Jogjakarta dulu di tahun 60-an dikenal
sebagai pemain
dan sutradara seni ketoprak Mataraman. Sedang ibunya
sebagai sinden yang handal di jamannya. Bakat
seni itu
sudah muncul
sejak Suharno
di
sekolah dasar.
Ketika masih
duduk di SMP Kosgoro Pesanggaran dulu,
ia pun sudah mampu
menari. Bahkan
menjadi pelatih
teman-temannya setiap akan
ada gelaran pentas
seni.
Pria kelahiran desa
Kedungringin itu
ternyata memiliki segudang prestasi. Selain
bisa menari ia juga
menjadi pelatih
dan pencipta tari. Tidak hanya tari
tradisional Banyuwangi saja, bapak dua
anak ini
juga mampu
menari tari Jawa.
Berbagai prestasi pernah
diraihnya dari
tingkat daerah
hingga nasional. Bahkan beberapa kali Suharno bersama tim
tarinya pernah
diundang Presiden untuk tampil di Istana Negara. Kini dengan
Padepokan Sanggar
Tari Tawang
Alun yang didirikannya di dusun Gumuk Candi
sejak puluhan
tahun lalu, di luar jam
dinas
sebagai Guru PNS di SD Negeri 1 Songgon. Suharno tiap sore melatih ratusan
anak remaja yang berlatih tari di Sanggarnya. Bahkan
ia sering
dipanggil privat
untuk melatih di beberapa desa.
“Kami ingin ada generasi
muda yang bisa melestarikan kesenian tradisional Banyuwangi. Makanya kami
mendirikan
sanggar tari
ini untuk
melatih tari
serta membina mental anak remaja agar lebih punya
ketrampilan.” ungkap pria alumni Sekolah Tinggi
Kesenian Wilwatikta (STKW) Surabaya itu menceritakan tentang misinya kedepan.
Editor : roy enhaer