Rakyat Butuh ‘Nasi’, Bukan ‘Panggung’ Hujat dan Caci Maki

Oma Prilly


SALAH SATU makanan primer ratusan juta rakyat di negeri Nusantara ini, termasuk aku adalah nasi.


Sebutir nasi tak akan pernah bisa tergantikan dengan sekeranjang roti. Pencernakanku terasa belum kenyang jika tak sarapan pagi lebih dulu dengan sesuap nasi meski sebelumnya sudah menghabiskan sekarung roti.


Faktanya ketika jutaan rakyat di negeri agraris ini ‘dum - duman’ atau penerimaaan bantuan sosial sembako di pendopo - pendopo desa itu, tak pernah ada istilah ‘tikin’ atau roti untuk warga miskin tetapi selalu disebut ‘raskin’ alias beras untuk rakyat miskin.


Bukankah kesimpulannya bahwa ratusan juta rakyat di negeri Nusantara ini mayoritas makanan utamanya adalah nasi yang bahan bakunya adalah melalui proses ‘diliwet’ lebih dulu? 


Jika makna filosofisnya diperluas dan digali lebih dalam lagi bahwa segenggam beras dan sesuap nasi itu adalah semacam bentuk rasa ketentraman, kedamaian dan bahkan bisa bermakna keindahan buat jutaan rakyat di negeri katulistiwa yang sangat ‘loh jinawi’ ini.


Tetapi ketika hari - hari ini kita sedang hidup di era digitalisasi yang serba instan dan sedetik jadi itu, jika dirasa - rasakan justru rasa kedamaian dan keindahan bahkan rasa kemesraan itu semakin tergerus dan tergerogoti dari detik ke detik dan dari hari ke hari


‘Kepingin’ tahu faktanya? Bukankah kita ketika melihat  tayangan di layar TV dari pagi hingga ketemu pagi lagi hanya berisi para ‘orang - orang’ pinter yang tengah ‘debat kusir’ tanpa menghasil solusi dan hanya deretan teori dan tumpukan difinisi saja? 


Pertanyaan besarnya adalah ‘budeg’ kah gendang telinga dan ‘rabun’ kah cornea mata mereka itu atas betapa percernakan jutaan rakyat di negeri bak surgawi ini butuh diurusi daripada sekadar debat ‘live’ penuh selebrasi di layar televisi yang hanya menguntungkan pemasang industri promosi? 


Sudahlah, ratusan juta rakyat di negeri Pancasila ini termasuk aku di dalamnya sangat butuh sesuap ‘nasi kedamaian’ daripada sekadar disuguhi tontonan tanpa substansi dan hanya diperlihatkan panggung - panggung ‘caci maki’. Bahkan hal itu semakin memperkaya pundi - pundi rupiah atas ‘subscribe’ tayangan ‘podcast’ di jagat maya negeri ini. 


Akhirnya, sesuap nasi tak pernah bisa tergantikan meski dengan sekeranjang roti. Meski ‘orang - orang pinter’ di level atas sana semakin hari semakin liar ‘berebut’ roti demi perut mereka sendiri.


Oma Prilly

Jember, 11 Februari 2022.

Related

Cover Story 7676373001212249068

Follow Us

Postingan Populer

Connect Us

DIPLOMASINEWS.NET
Alamat Redaksi : Perumahan Puri Jasmine No. 07, Jajag, Gambiran, Banyuwangi, Jawa Timur
E-mail : redaksi.diplomasi@gmail.com
item