‘ABAL-ABAL’ KAH AKU? [ Ditulis Dua Tahun Lalu ]

Roy ENHAER
SAHABAT karibku bernama Bagus yang akrab kupanggil ‘Gus’ itu berujar bahwa kata ‘abal – abal’ tersebut menggambarkan sesuatu yang tak berkualitas. bernilai murah, imitatif dari hasil tiruan, atau keberadaanya palsu.

“Dengar-dengar kamu jurnalis, ya,” tanya Gus itu setengah membentak.
“Iya, Gus. Tapi mbok ya jangan bentak-bentak gitu lah kalau tanya,” jawabku protes.

Karibku Gus itu ya aneh. Wong tanya profesi orang kok dasarnya hanya ‘dengar-dengar’? Apa ia mensinyalirku selama ini sebagai jurnalis ‘abal-abal’ kah?

“Kamu jurnalis 'abal-abal', ya?"

“Kalau iya memangnya kenapa, Gus?”

Kemudian Gus itu mengoceh ‘ngalor-ngidul’ soal profesi jurnalistikku yang diduga kuat sebagai ‘abal-abal’ selama ini. Dalam ocehannya, bahwa profesi kejurnalistikan itu sangat tak boleh dianggap main-main. Dalam berprofesi, Ia mesti terbekali keilmuan berbasis jurnalistik. Ocehnya lagi, sesungguhnya ‘abal-abal’ itu tak hanya soal tak terjaring verifikasi ala Dewan Pers saja. Tapi ketika seorang jurnalis mempublikasikan beritanya beraroma subyektif karena idealistiknya cenderung ke salah satu ‘paslon’ pilgub, misalnya. Ia bisa tergategorikan ‘abal-abal’.

“Dari tadi kok hanya ‘wartawan’ saja to yang abal-abal, Gus?”, tanyaku memotong.

Ia tak peduli bahkan semakin deras ocehannya. Katanya, oknum lurah, kepala dinas, oknum wakil rakyat, dan [ oknum ] bupati pun ketika dalam kinerjanya tidak pro-rakyat tapi justru ‘ngembat’ uang rakyat. itu juga masuk dalam golongan 'abal-abal'. Bahkan merekayasa kebijakan ‘bancaan’ dana rakyat bareng teman-teman dekatnya, kerabat, sedulur-sedulur, dan koleganya. Perilaku mereka itu sangat bisa dipredikati dan terkategorikan sebagai ‘abal-abal’ dalam melayani publik.

Tak hanya itu, bahkan oknum pemimpin umat pun secara substantive bisa terjuluki atau terpeleset sebagai ‘abal-abal’ jika ia tak sanggup menentramkan dan menyejukkan umat yang diumatinya itu. Bukankah hari-hari ini sangat banyak para pemimpin umat justru mempolitisasi umatnya sendiri?

Tiba-tiba Gus sahabatku itu menghilang entah kemana. Barangkali 'lambe' nya capek karena 'ngoceh' terus hingga berbusa-busa mulutnya.

‘Abal-abal’ kah aku?

©roy enhaer
Banyuwangi, Friday, February 10, 2017

Related

Tumbak Cucukan 2131026283523690304

Follow Us

Postingan Populer

Connect Us

DIPLOMASINEWS.NET
Alamat Redaksi : Perumahan Puri Jasmine No. 07, Jajag, Gambiran, Banyuwangi, Jawa Timur
E-mail : redaksi.diplomasi@gmail.com
item