NGUYAHI SEGORO
https://www.diplomasinews.net/2017/08/nguyahi-segoro.html
Astaghfirullah Duh, Gusti. Sedang diurus dan dikelola oleh siapakah negeri yang disebut maritim ini? Duh, Ibu Pertiwi, jenis makhluk apakah sesungguhnya para pejabat yang kini sedang diberi amanat oleh jutaan rakyat ini?
‘Endasku’ serasa pecah dan terburai isinya atas kelangkaan garam. Lha wong negeri maritim dengan keluasan lautnya yang membentang dari Sabang sampai Digul itu kenapa kok ya masih saja impor garam? Bukankah garam itu dihasilkan dari laut?
Silakan saja para pejabat cerdas di atas sana itu ‘ngoceh’ bahwa kelangkaan garam di negeri Pancasila ini difaktori cuaca karena hujan berhari-hari. Tapi pernahkah para pejabat itu ‘mencurigai’ bahwa di balik berita garam langka itu dimungkinkan oleh gelapnya lalu lintas mafia garam? Oleh asinnya para sindikator garam?
Hanya para pejabat yang gagal nalar saja yang berani ‘nguyahi segoro’ di lautan Nusantara ini. Bagai membuang garam di tengah samudra luas. Melakukan pekerjajan yang tak ada gunanya. Bukankah lautan luas Indonesia itu sudah asin meski tanpa ditaburi garam oleh para pejabat berotak dangkal itu?
Duh Gusti Allah. Tidak pahamkah para pejabat di negeri Pancasila ini bahwa telah Engkau ciptakan air garam di luasnya samudra itu? Kenapa para pejabat itu tak kunjung cerdas dalam menggunakan akal pikiran mereka? Siapakah sejatinya yang dituduh-tuduh anti-Pancasila itu? Siapakah sejatinya yang mulutnya berteriak intoleran selama ini? Tak terasakah bahwa 'korban' intoleran itu sesungguhnya adalah rakyat yang selama ini tidak 'ditoleransii' dalam banyak hal?
Akhirnya, silakan para pejabat itu berduyun-duyun pergi ke tengah laut untuk tenggak sepuas-puasnya air garam sesamudra sana.
©roy enhaer
Banyuwangi, Saturday, August 5, 2017