KUBURMU ADALAH GALIANMU
https://www.diplomasinews.net/2018/08/kuburmu-adalah-galianmu.html
![]() |
Roy ENHAER
|
Aku
tak harus datang langsung ke pendopo Kanjeng Ratu Roro Kidul seperti kemarin
untuk 'wawancara imajiner' seputar hancur dan 'sengaja' dihancurkanya hutan lindung di gunung Tumpang Pitu itu.
Cukup lewat 'by phone', kami bisa 'telewawancara' dengan penguasa laut selatan
berparas ayu itu.
"Kamu
yang interview kemarin petang di istanaku itu, ya?", tanya Kanjeng Ratu
lewat telepon genggamnya.
"Tidak
salah, Bunda Ratu", jawabku mengiyakan.pertanyaannya.
Terdengar
dari nada suaranya, Kanjeng Ratu Roro Kidul itu marah besar dan ada indikasi
'ultimatum' atas ulah manusia-manusia pejabat di kabupaten ini atas perusakan
hutan lindung yang dialihfungsikan menjadi hutan produksi kemudian dieksplorasi
secara ekstrim dan diacak-acak lahan suburnya, digunduli pohon-pohonnya, dan
pokoknya watak dan perilaku serakah telah terakumulasi di atas Tumpang Pitu
itu. Kekuatan kapitalis dan kearogansian kekuasaan telah terjalin mesra menjadi
kekuatan 'powerful' yang mustahil jutaan rakyat sanggup mendobraknya.
"Aku
ini heran. Wong kekuasaan yang hanya temporer sesaat saja kok berkacak
pinggang, sombong, merusak Tumpang Pitu yang notabene itu kedaulatan hukum di
kerajaanku", suara Nyi Ratu mengawali kemarahannya.
"Kekuasaan
apa to, Nyi Ratu?" tanyaku memotong.
"Gundulmu
itu!"
"Gundul
siapa, Nyi Ratu?"
"Ya
gundulnya pejabat di kabupatenmu yang menggunduli hutanku itu. Tempat tinggal
satwa terusik oleh mental bejat pejabatmu. Burung Emprit telah kehilangan
sarangnya. Hanya manusia berhati iblis saja yang sanggup dan tega beraksi
seperti itu. Lebih iblis dari iblis yang sesungguhnya".
"Iblis
itu apa to, Nyi Ratu?"
"Goblog!
Iblis itu ya 'pejabat' mu yang merusak hutanku itu. Manusia-manusia bangsamu
itu selalu berkonotasi bahwa karajaan kami adalah bangsa iblis. Lebih iblis
manakah jika bangsamu merusak wilayahku padahal bangsaku sama sekali tak pernah
mengusik gedung 'DPRD' mu. Kantor 'pemda' mu dan kantor-kantor 'dinas' mu
selama ini.
"Nyi
Ratu sedang mengultimatum bangsaku kah?"
"Bukan!
Aku hanya mewanti-wanti bahwa siapa yang gali lubang di Tumpang Pitu, ia pasti
terkubur di lubang itu juga".
Nyi
Ratu marah besar. Kemudian telewawancara itu berhenti dan di ujung telepon
genggamku terdengar gelegar ombak selatan pecahkan karang .
@roy_enhaer
Banyuwangi,
Saturday, August 27, 2016
[ Tepat Dua Tahun Lalu ]