'Gubug’ Mbah Kasiyani Tak Layak Huni
https://www.diplomasinews.net/2018/11/mbah-kasiani-dan-gubug-nya-yang-tak.html
GUBUG BAMBU : Rumah yang tak layak huni milik Mbah Kasiyani ketika terpotret pada malam hari. [ images : diplomasinews.net ]
DIPLOMASINEWS.NET_BENCULUK_BANYUWANGI_Sekira
pukul 21.30 WIB, Jumat, 23 Nopember 2018, media online DIPLOMASINEWS.NET tanpa sengaja melintas di jalan sempit di depan
warga yang rumahnya sangat tak layak huni. Warga tersebut adalah wanita renta
bernama Mbah Kasiyani, 73 tahun, Dusun Krajan, Benculuk, Banyuwangi, Jawa Timur.
Si Embah yang sudah lama ditinggal wafat
suaminya itu, kini hidup sendiri dan menghuni rumah berdinding ‘gedheg’ atau
anyaman dari bambu miliknya itu selama bertahun-tahun. Dinding bambu yang telah
lapuk termakan usia. Karena masih berlantai tanah, dinding bambu tersebut jika musim
hujan tiba selalu dimakan binatang rayap hingga keropos di sana-sini. Dinding bambu
yang belum pernah terjamah dan masih terluput oleh perhatian pemerintah untuk
dibedah. Malam itu, DIPLOMASINEWS.NET, dengan sadar 'sengaja' tidak mengendus nara sumber lain selain hanya Mbah Kasiani.
Wanita renta bernama Kasiyani itu tak
pernah ‘dikasihani’ oleh pemerintah. Ia mengaku bahwa dulu pernah sesekali
menerima program ‘raskin’ tapi sekarang namanya terluput dari daftar penerima
PKH dan juga tak pernah tersentuh sejumlah program kemiskinan yang lain.
CRACABANE LAWANG : Malam itu, Mbah Kasiyani sedang menunggu 'bedah rumah' di depan pintu 'gubug' bambunya. [ image : diplomasinews.net ]
“Sudah makan Mbah?” tanya
DIPLOMASINEWS.NET, ketika duduk di ‘amben’ dari bambu, dan dijawab dengan
anggukkan kepala oleh Mbah Kasiyani, pada Jumat malam, pukul 21.30 WIB, 23
Nopember 2018.
Catatan media online, ini, bahwa ia kini sudah tak mampu lagi bekerja karena faktor
usia. Untuk kebutuhan hidup dan makan sehari-hari hanya menggantungkan dari uluran
tangan anak-anaknya yang juga secara ekonomi tak berkecukupan itu. Malam itu Mbah
Kasiyani sempat kaget ketika ‘gubug bambu’ nya itu dipotret untuk dipublikasikan
di media.
Bahkan ia nyaris kurang percaya atas
rumahnya yang ‘dijeprat-jepret’ itu akhirnya bisa direhab lewat program bedah
rumah. Pasalnya, ia dulu pernah ‘dibohongi’ oleh oknum dari desa yang sudah
mengambil gambar rumahnya, katanya untuk persyaratan bedah rumah. Dalam kesehariannya,
ia masih mengandalkan sungai di samping rumahnya dalam ber-MCK, mandi, cuci dan
kakus.
“Mugi-mugi, sampean mboten kados
tiyang sing riyen niko,” ucapnya sedikit gamang dan ragu kepada DIPLOMASINEWS.NET,
malam itu di rumahnya. Mungkinkah si
Embah itu traumatik atas peristiwa lalu yang pernah dijanjikan untuk dibedah
rumahnya, tapi gagal dan tak pernah terealisasi hingga hari ini?
Dari sorot mata dan rautnya yang
renta itu, Mbah Kasiyani sangat berharap agar secepatnya dan sesegera mungkin dibedah
rumah miliknya yang tak layak huni itu. Ia hanya bisa berucap ‘matur nuwun’ kepada
semua pihak yang sudah berniat baik jika suatu saat ‘gubug derita’ nya itu benar-benar
dibedah.
Onliner : roy enhaer