‘Kemrucuk’ di Sekretariat Pilkades Benculuk
https://www.diplomasinews.net/2019/07/kemrucuk-di-sekretariat-pilkades.html
DIPLOMASINEWS.NET_BENCULUK_BANYUWANGI_Sejak 29 Juni
2019, lalu, panitia pemilihan kepala desa Benculuk, Banyuwangi, telah membuka ‘loket’
pendaftaran.
Hingga hari ini, Jumat, 05 Juli 2019, di meja
panitia pilkades Benculuk, sebanyak 9 [ sembilan ] orang bakal calon [ balon ] kepala
desa yang tercatat secara resmi mendaftar. Padahal, beberapa hari lalu, ketika
pendaftaran pilkades itu dibuka, ada sedikitnya 11 [ sebelas ] orang yang
mengambil formulir pendaftaran.
“Dari sebelas orang yang ‘ngambil’ formulir itu,
hingga hari ini masih sembilan orang yang secara resmi tercatat di meja
panitia,” ujar Samsu Bahrun, ketua panitia pilkades Desa Benculuk, ketika
ditemui DIPLOMASINEWS.NET, di ruang kerjanya, Jumat, 05 Juli 2019.
Ketika dicecar DIPLOMASINEWS.NET, tentang
mengapa di Desa Benculuk, itu, dalam konteks pendaftaran pilkades 2019, ini,
jumlah bakal calon kepala desa yang mendaftar mengalami ‘over dosis’ alias
kelebihan muatan?
“Mungkin, salah satu faktor yang mendorong orang
berbondong-bondong ‘ndaftar’ pilkades, itu, salah satunya adalah karena gratis
tanpa dipungut ongkos sepeser pun,” terang Samsu mengandai-andai.
Terangnya, lagi, bahwa karena ‘aturan main’
dalam pendaftaran pilkades serentak 2019, itu, tanpa dipungut biaya bagi bakal calon
kepala desa, ternyata pihaknya juga ikut terkena ‘imbas’ gratis alias belum ada
dana pendukung sama sekali di dalam kepanitiaannya selama ini.
“Jujur, sejak loket pendaftaran dibuka hingga
hari ini, kami di sekretariat ini belum pernah dianggari finansial sepeser pun.
Tapi ya sudahlah. Bonek-bonek sedikit ‘rapopo’ kok. Itu bagian dari pengabdian
meski perut ‘kemrucuk’,” aku Samsu dengan jujur kepada DIPLOMASINEWS.NET, di
ruang sekretaria, Jumat, 05 Juli 2019.
Akunya sembari bertanya balik, logiskah jika
kami di sekretariat panitai pilkades Desa Benculuk, itu, bekerja melayani
sambil perut ‘keroncongan’ dari pagi hingga sore hari?
Onliner :
andri/nanang
Editor : roy enhaer