SPP Gratis, Semoga Bukan ‘Politis’
http://www.diplomasinews.net/2019/02/spp-gratis-semoga-bukan-politis.html
Maafkan saya, Ibu Khofifah, jika dalam konteks
penggratisan itu, saya adalah orang pertama yang tidak pernah ‘kagetan’, dan
tidak ‘nggumunan’. Tidak pernah merasa terkejut dan apalagi terheran-heran atas
‘sesuatu’ itu. Tapi, saya juga bukan orang yang suka berprasangka negatif atas
apa pun yang terlihat dan terbungkus atau terkemas baik, meski pada akhirnya jika
‘ditelanjangi’ menjadi berbau busuk bernanah dan aromanya menyengat hidung.
Contoh nyata dan sangat fakta ketika program
dana Bantuan Operasional Sekolah [ BOS ] diluncurkan di jagat pendidikan di
negeri ini menjadi carut-marut, remang-remang, ditekuk dan diiris-iris di sana-sini.
Kemudian ‘dibungkus’ dengan dalih kebijakan, dan kesepakatan yang ujung dan
hasil akhirnya menjadi beraroma pungutan liar seliar-liarnya.
Faktanya, meski sekolah itu digelontor oleh
pundi-pundi dana BOS hingga tumpah, toh, kertas LKS yang sesungguhnya cuma-cuma
itu saja masih dibebankan kepada siswa-siswi sekolah. Uang gedung, acara
perpisahan, mendirikan pagar sekolah, pasang paving, dan acara ‘selebritas’
jenis study tour itu pun masih saja
berjalan aman-aman tanpa ada yang ‘menging’ atau mengingatkan atau memberi
sanksi apa pun, bahwa kegiatan sejenis itu sangat tidak diperbolehkan oleh
aturan main setingkat Perpres.
Maafkan, Ibu Gubernur. Intinya, dunia persekolahan
di negeri ini terlalu piawai, cerdas, cerdik dan penuh inovasi untuk ‘ngakali’ dana BOS. Dan, kecerdasan
manusia-manusia di dunia pendidikan di negeri Pancasila ini atas penyiasatan
sesuatu yang dilarang sangat pintar dan pasti berhasil.
Teoritisnya memang pihak sekolah sangat dilarang
memungut dan membebani dana sepeser pun kepada siswa didik, tapi ia bisa ‘ngeles’
dan memelintir bahwa ‘pungutan liar’ itu seolah-olah bukan lembaga sekolah yang melakoninya,
tetapi 'gerombolan' komite sekolah yang telah 'memaksa' bersepakat sepihak dengan wali murid. Bukankah,
pihak sekolah itu ‘meminjam’ tangan-tangan komite untuk berpungli-ria agar
secara hukum tidak tertemukan modusnya?
Maafkan saya Ibu, jika niat baik ‘panjenengan’
itu benar-benar menjadi kenyataan dan kenyamanan buat cikal bakal anak-anak bangsa
di dunia pendidikan, alangkah baiknya dibutuhkan ‘manusia setengah dewa’ yang
ikut langsung memonitori atas SPP dan uniform gratis, itu. Dan, jika tidak, niat baik yang sejatinya baik itu akan selalu ‘dipelintir’ oleh manusia-manusia dan pasti dijadikan komoditas dan transaksional di ruang-ruang kantor gelap sekolah, di
balik taplak meja sekolah, di laci, di depan pintu gerbang, dan di kantin sekolah.
Maafkan Ibu Khofifah, bukan saya tidak mendorong
dan mendukung program smart ‘panjenengan’
sebagai gubernur, tapi saya khawatir ketika praktiknya di level bawah akan ‘ditelikung’, diterjemahkan salah, dan disiasati menjadi ajang ‘bancaan’ oleh mereka yang cerdas, cerdik, dan bermental 'makelar' itu.
Maafkan Ibu, akhirnya saya mesti ucapkan selamat
atas program SPP dan seragam gratis di seantero sekolah Jawa Timur. Dan, saya
sangat berharap bahwa niat baik itu sama sekali bukan sekadar janji politis.
@roy enhaer
Banyuwangi, Sabtu, 16 Februari 2019.