Nusantara, ‘Secuil’ Negeri dari Surga
Oma Prilly |
Saking betapa indahnya negeri Nusantara ini, sampai - sampai oleh seniman pernah dilirikkan dalam lagunya yang bertutur tanah kita adalah tanah surga. Tak hanya itu, lha wong sekadar tongkat kayu ditancapkan saja bisa tumbuh subur menjadi tanaman.
Dan, tulisanku tentang Nusantara ini hanya dan hanya ingin men - syukuri betapa negeri tempat aku dilahirkan, makan dan minum, bernafas dan hingga esok pagi hembuskan nafas terakhir itu adalah anugerah dari Tuhan yang Maha Penganugerah.
Juga, tulisanku ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan perpindahan ibukota negara atau IKN yang hari - hari ini tengah ‘digoreng’ oleh para penggoreng dan digonjangganjingi oleh para penggonjangganjing serta di - pro kontra - i itu.
Jujur, aku tidak akan ‘melok - melok’ atau ikut - ikutan dan juga tidak akan ikut jika disuruh untuk ikut apa pun tentang semua itu di negeri ini.
Jelasnya, tugasku sebagai manusia yang sejak lahir ‘procot’ dan kemudian bisa hidup hirup oksigen di negeri Nusantara ini hanya ‘kepingin’ untuk belajar bersadar diri. Belajar berendah hati, merunduk, berserah dan berpasrah diri kepada - Nya. Hanya dan hanya kepada Tuhan yang telah mengkaryaciptakan seluruh isi semesta ini termasuk diriku yang telah diperkenankan hidup oleh - Nya di negeri Nusantara ini.
Sekali lagi, tulisanku ini sama sekali tidak terkontekskan dengan hijrahnya ibukota negara ( IKN ) ke tempat yang baru itu. Pasalnya, aku yang hanya ‘wong ndeso kesa - keso’ atau orang udik dan pinggiran yang tidak pernah paham soal negara ini diurus oleh siapa, mau dijadikan apa, dan akan dibawa kemana.
Sekali lagi, aku tidak ingin tahu yang sesungguhnya tidak tahu. Aku juga tidak peduli hidup di negeri Nusantara ini soal dilahirkan sebagai suku apa, dan bertempat di pulau mana pun aku tak pernah peduli. Kepedulianku hanya bahwa aku adalah wong Indonesia, wong Nusantara, dan wong Republik Indonesia. Titik dan titik.
Dan, aku juga sama sekali tidak paham soal apa yang disebut patriotisme, nasionalisme dan isme - isme yang lain, tetapi yang aku pahami hanya bahwa aku sejak di dalam kandungan, lahir ‘procot’ kemudian bisa hirup udara segar di negeri Nusantara yang indah bagai surga ini.
Akhirnya, aku berprinsip bahwa akan dipindah atau ‘dihijrahkan’ kemana pun ibukota negara bernama Nusantara ini sejauh masih di wilayah kesatuan Republik ini yang ‘monggo’ atau silakan saja.
Dan yang lebih sangat penting, substantif dan sejati adalah bahwa negeri Nusantara indah yang kita cintai bersama ini buatku adalah ciptaan Allah SWT dan kita sebagai penghuninya adalah para makhluk yang wajib mengelolanya, dan merawat negeri bak surga ini. Dan, jangan justru kita malah ‘merusak’ ciptaan - Nya.
Sekali lagi, betapa saking indah dan apa saja tersedia di negeri Nusantara ini, aku menyebutnya sebagai ‘cuilan’ dari surga yang ‘jatuh’ di negeri gemah ripah loh jinawi ini.
Oma Prilly
Jember, Jumat, 04 Februari 2022.